Mengenal Spesies Baru: Aktivis Selangkangan


LAPMIMETRO.OR.ID - Lupa bentuknya tapi rasanya selalu terngiang. Yaqin lah, sumpeh!

Tapi begitulah yang terjadi. Kita akhirnya lupa bentuk dari semangat aktivis yang ditransformasikan dalam sebuah gerakan. Semua berhenti dalam peran dan fungsi yang diheroikan sebatas ucapan: mahasiswa itu agent of change; social control; problem solver; dan semacamnya. Jika pun ada kata-kata paling heroik itu berarti aktivis.

Catat! Itu aktivis.

Sementara yang terngiang kini ialah kali pertama menjadi mahasiswa, di tahun 2013. Tepat sehari usai masa OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik). Di pagi nun cerah itu ada demo dari mahasiswa yang memerotes tindakan nganu antara Ketua Sekolah Tinggi (laki-laki) dengan Dosen Pendidikan (perempuan) di satu naungan sekolah tinggi. Kedua oknum itu berkhidmat dalam berahi.

Oknum tersebut menjalin hubungan nganu, yang amat sulit dirangkum dalam penjelasan ke bentuk tulisan. Singkatnya, si suami melaporkan bahwa isterinya (si dosen) telah selingkuh dengan seorang profesor.

"Gimana kabarnya anak kita?"

Peserta demo pun terkekeh. Saat menyaksikan pementasan isi pesan singkat kedua oknum. Pementasan itu dimainkan ritmenya oleh teman-teman aktivis dari berbagai macam organisasi, juga pers mahasiswa kampus setempat. Semua guyub, bersatu, melawan keajegan yang bengkok.

Potongan singkat tahun 2013 hanya hidup di angan-angan, sebagai rasa yang saya ingat. Dan kini tak saya dapati bentuk itu. Saya hanya bisa duduk di kedai kopi selagi bernostalgia dengan gambaran masa lalu itu. Sampai seorang aktivis menyentak pola pikir saya.

"Bang. Bang, liat cewek itu. Bikin gak tahan, ya?" katanya sembari bibirnya menuding-nuding ke arah mahasiswi yang dimaksud.

Jika pun saya berkesempatan untuk berlama-lama duduk di kedai, perkataan akan berubah menjadi pengakuan. Ya! Seorang mahasiswa, bahkan aktifis kaliber kampus (yang biasanya nunjukin taring ke dosen) akan menyatakan diri dengan bangga bahwasanya telah menggagahi tiiiiit tiit tiiiiit (biasanya menyebutkan nama-nama).

Begitulah fakta kecil mengenai tumpulnya nalar kritis seorang aktivis. Memang tidak bisa menjadi tolok ukur untuk semua aktivis. Sebab ini hanya terjadi pada aktivis yang mengalami keamburadulan sejak dalam pikirannya. Terus muncul pertanyaan retoris dari mahasiswa biasa yang polos; kalau sudah begitu, bagaimana mau berpikir kritis?

Potret keamburadulan sejak alam berpikir itu bisa jadi telah menjangkiti PWD, aktivis lingkungan asal Kaltim yang ditangkap pada November 2017 lalu karena kasus pencabulan sesama jenis. Ia merupakan presiden di organisasi pemerhati lingkungan. Sementara para korbannya adalah anggota, yang notabene juniornya sendiri.

Lagi-lagi hal ini tidak bisa kita jadikan landasan untuk melabeli oknum aktivis sebagai aktivis selangkangan. Toh tidak banyak fakta yang terungkap kan?

Kalau banyak fakta yang terungkap memang berat ukurannya (meminjam ungkapan teman-teman aktivis yang biasa menggunakan untuk hal urgent).

Dampak paling nyata dari aktivis selangkangan adalah, minimal juniornya tidak aktif. Meskipun tidak benar juga ketika mengganggap ketidakaktifan junior itu semuanya disebabkan maraknya praktik aktivis selangkangan.

Antara lain penyebab junior tidak aktif bisa dikarenakan; tidak adanya kegiatan organisasi, adanya kesalahpahaman antar anggota, yang paling parah adalah masifnya praktik aktivis selangkangan.

Menyaksikan kenyataan ini memang seolah-olah kita membaca ulang Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan. Saya melihat dalam novel ini pun Muhidin memotret aktivis selangkangan yang menjerumuskan Nidah Kirani. Hingga perlakuan yang dialami Nidah  mengantarkan tokoh utama dalam novel tersebut menjadi sosok yang tak punya hati.

Untuk kesekian kalinya (hadeuh) ini tidak bisa dijadikan landasan bahwa ada spesies baru, yakni aktivis selangkangan. Tapi alangkah baiknya temen-temen yang budiman waspada. Lebih perbanyak lagi minum kopinya, sambil denger-denger gaya aktivis berdiskusi mengenai area dewasa yang dengan sengaja dibicarakannya. Ada yang berbagi pengalaman, lho!

____
Tentang Penulis:
Afriyan Arya Saputra adalah mahasiswa yang pernah secara sengaja ikut basic training (LK) I HMI. Tidak ada keistimewaan dalam dirinya, kecuali nurani.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama