Siswa semakin bergantung pada AI untuk menyelesaikan tugas, dari menulis esai hingga memecahkan soal matematika. Hal ini mengikis kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan problem solving mereka. Ketika AI selalu memberikan jawaban instan, siswa kehilangan kesempatan untuk bergulat dengan masalah dan mengembangkan resiliensi intelektual. Plagiarisme dan kecurangan akademik menjadi semakin mudah dan sulit dideteksi. Siswa dapat menggunakan AI untuk mengerjakan tugas tanpa benar-benar memahami materi, sehingga evaluasi kemampuan siswa menjadi tidak akurat. Ini merusak sistem penilaian dan mengurangi nilai ijazah serta sertifikat pendidikan.
AI berkualitas tinggi sering kali berbayar dan membutuhkan akses internet yang stabil. Hal ini memperdalam kesenjangan antara siswa dari keluarga mampu dengan yang kurang mampu. Siswa yang tidak memiliki akses AI canggih akan tertinggal dalam kompetisi akademik.
Pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan keterampilan sosial. Ketika AI menggantikan interaksi guru-siswa atau diskusi antarsiswa, aspek humanis pendidikan ini terancam hilang. Empati, keterampilan komunikasi, dan kemampuan berkolaborasi bisa terdegradasi.
AI dapat melanggengkan bias yang ada dalam data pelatihannya, memberikan informasi yang tidak akurat atau diskriminatif. Siswa yang mengandalkan AI tanpa verifikasi dapat menerima informasi yang salah atau perspektif yang sempit, menghambat perkembangan pemikiran yang objektif dan inklusif.
Meskipun AI memiliki potensi positif, dampak negatif ini menuntut kita untuk lebih bijak dalam mengintegrasikan teknologi ini dalam pendidikan, dengan tetap memprioritaskan pengembangan kemampuan fundamental manusia. Ketergantungan pada AI untuk menulis membuat siswa kehilangan kemampuan mengekspresikan ide dengan kata-kata mereka sendiri. Gaya penulisan menjadi monoton dan kehilangan keunikan personal. Kemampuan kosakata, tata bahasa, dan struktur kalimat yang kompleks tidak berkembang karena AI selalu “membantu” menyempurnakan tulisan mereka.
Penulis: Rifki Rahmanda adalah mahasiswa kelahiran Metro yang hari ini aktif dalam organisasi HMI.

Semangat ,anak.sholeh sebagai generasi penerus bangsa harus berpikir cerdas,intelektual dan maju terus demi pembangunan bangsa kearah lebih baik,💪👍👍
BalasHapusMantap bung👍
BalasHapussemangattt esss
BalasHapusSemangattt ki, sukses selalu👍
BalasHapusMantaaaaap....
BalasHapusSemangat biar SDM semakin berkuwalitas
Terus kembangkan bakat nya bag
BalasHapusTeruslah berfikir kritis....
BalasHapusSemangat Smoga sukses kdepan nya BG Ki👍🏻👍🏻
BalasHapusmantapp
BalasHapus𝘚𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘨𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘴𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘦𝘳𝘥𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘳𝘦𝘴𝘵𝘢𝘴𝘪
BalasHapuskeren euy
BalasHapus