Fenomena menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia harus menjadi perhatian serius karena pendidikan merupakan fondasi bagi kemajuan bangsa. Data dan survei internasional seperti PISA menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, matematika, dan sains masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. Bahkan, di Asia Tenggara sendiri Indonesia menempati peringkat bawah, di bawah negara seperti Vietnam dan Singapura.
Kualitas pendidikan di Indonesia cenderung tertinggal, baik dari aspek hasil belajar siswa, kualitas tenaga pendidik, maupun relevansi kurikulum dengan dunia nyata. Dengan perkembangan teknologi yang menghadirkan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan, siswa cenderung menggantungkan pemahamannya pada teknologi tersebut, sehingga jiwa kritis pada siswa semakin menurun.
Melihat beberapa hasil wawancara yang dilakukan oleh YouTuber, beberapa siswa SMA di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika, yang saat itu ditanyakan secara langsung. Dalam hal ini, regulasi kebijakan pemerintah menjadi kunci dari kebelengguan pemahaman pada siswa, karena kurikulum pembelajaran dibentuk oleh pemerintah.
Selain itu, kualitas tenaga pendidik juga perlu diperhatikan. Kualitas guru memegang peranan sangat penting dalam proses pendidikan. Di Indonesia, isu kualitas guru sering kali menjadi sorotan utama dalam pembahasan penurunan kualitas pendidikan. Banyak penelitian dan laporan, seperti hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA), menunjukkan bahwa salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa adalah kurang optimalnya peran guru dalam mendidik.
Banyak guru di Indonesia, terutama di daerah terpencil, belum memenuhi standar profesionalisme yang memadai. Kesejahteraan guru, khususnya guru honorer, masih rendah sehingga berdampak pada motivasi dan kualitas mengajar mereka. Banyak dari mereka menerima gaji di bawah upah minimum. Kondisi ekonomi yang tidak layak membuat sebagian guru kehilangan motivasi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya.
Kualitas guru yang kurang optimal berdampak langsung pada kemampuan dan karakter siswa. Materi pelajaran yang semestinya dapat disampaikan dengan cara kreatif, inspiratif, dan relevan, justru menjadi membosankan dan kurang bermakna. Siswa akhirnya kurang termotivasi untuk belajar secara mandiri dan kritis. Dalam jangka panjang, kondisi ini menyebabkan output pendidikan Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain. Dengan fokus pembenahan pada kualitas guru, diharapkan penurunan kualitas pendidikan di Indonesia dapat dicegah dan pendidikan nasional mampu menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing.
Biodata Penulis: Rahmita adalah mahasiswi kelahiran Bumiharjo, Lampung Timur, yang suka bernyanyi & memasak. Kadang juga ia menjadi MC dalam acara resepsi.
